Pagi itu, suasana Stadion
Mini Cikarang begitu ramai dari anak kecil sampai lansia sekalipun hanya karena
untuk berolahraga. Saya pun sudah disana, tetapi bukan untuk berolahraga
seperti yang lainnya, melainkan untuk berkumpul bersama para pengurus Esacapala,
dan para alumni. Mau kemana kita sebenarnya? Ya, kita mau ke Hutan Mangrove dan
melihat Lutung Jawa berada, tempatnya di Muara Bendera. Muara Gembong, Bekasi.
Begitu bangganya sebagai
orang Bekasi karena masih bisa melihat Lutung Jawa dan Hutan Mangrove. Lutung
Jawa di Bekasi termasuk salah satu satwa endemik yang dilindungi karena jumlahnya yang kurang dari seratus dan TERANCAM PUNAH.
Sampai di Stadion, saya kira
sudah banyak yang kumpul disana tapi ternyata belum ada sama sekali yang
kumpul. Jadi saya harus menunggu yang lainnya. Menunggu lama, dan akhirnya Teh
Mega pun datang, disusul dengan yang lainnya. Ketika semuanya sudah kumpul dan
sudah siap, kami pun berangkat menuju Muara Gembong.
Sebelum berangkat, seperti
biasanya dan sudah kewajiban kami berdo’a terlebih dahulu agar selamat sampai
tujuan dan diberikan kelancaran. Setelah selesai, baru kami pun berangkat.
Seperti perjalanan yang sebelumnya, saya naik motor sama Bang Iwang. Perjalanan
yang cukup jauh, walau hanya dibonceng tetapi tetap saja saya merasa capek.
Tiba di Kecamatan Muara Gembong |
Melintasi hilir sungai Citarum |
Berasa ada di Borneo :D |
Akhirnya kamipun sampai di rumah
Pak RT setempat dan menitip motor disana dikarenakan jalan yang tidak bisa
dilintasi oleh motor. Kamipun berjalan, dan finally kamipun sampai di tempat
tujuan. Ternyata, sampai disana Lutungnya sedang tidak menampakkan diri, jadi
harus membuat kami menunggu.
Papan pengumuman yang menyatakan perburuan Lutung DILARANG dalam kawasan ini |
Lutung Jawa adalah Satwa Endemik yang dilindungi |
Jembatan bambu menuju Dermaga |
Susunan bambu yang di buat untuk jalan menuju dermaga |
Setelah
itu kami melakukan operasi bersih di sekitar pesisir pantai. Banyak sampah yang
terbawa oleh air pasang waktu itu, sampah tersebut terdiri dari stereofoam,
sampah sandal, sampah kaca, dan lain-lain. Setelah semua selesai trash bag
sampah yang sudah penuh dengan sampah di kumpulkan dan diikat di salah satu pohon dan
akan dibawa nanti. Tidak
menunggu lama kamipun kembali ke rumah Pak RT mengingat waktu yang sudah makin
sore. Sesampainya disana, kami langsung makan bersama karena sebelum menuju
tempat kami membeli makanan bungkus untuk makan disana.
Sampah yang berserakan terbawa saat air laut pasang |
Setelah
makan, kami pun bergegas untuk pulang dan sebelum pulang kami berdo’a terlebih
dahulu. Dan kami ikut bersama relawan dari #SaveMugo. Kami pulang bersama melewati
jalan yang tidak terlalu bagus, sangat gelap. Saya sempat takut karena suasana
yang menakutkan menurut saya. Kami melewati jembatan yang lumayan besar dan
untuk yang kesekian kalinya saya baru pertama kali lewat situ.
Perjalanan
masih cukup jauh, dan kami melewati jembatan kedua. Disitu, kami beristirahat
terlebih dahulu. Dijembatan, malam-malam, melihat ada nelayan yang pergi
mencari ikan malam-malam merupakan sensasi yang baru bagi saya. Kami
bercengkrama satu sama lain, dan saya sudah mulai lelah.
Setelah
puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan mengingat waktu sudah malam.
Selama dijalan saya tidur dan ketika Bang Iwang ngerem mendadak kepala saya terbentur helm, sakit sih memang, tapi rasa sakitnya melebihi rasa ngantuk
saya dan saya kembali tidur lagi. Memang sangat berbahaya tidur di kendaraan roda
dua, sangat rawan untuk kecelakaan apalagi sudah malam, tapi apa boleh dikata
saya sangat ngantuk dan lelah, jadinya saya tidur deh. Jangan diikutin ya hehe
Dan
akhirnya kami sampai di WB, tempat nongkrong gitu deh. Tetapi saya langsung
diantar pulang oleh Rizki karena waktu yang sudah malam.
Pengalaman
yang sangat berarti bagi saya, dan sayapun bangga dengan Bekasi.
Pesan dari pesisir |
Foto bareng sebelum pulang :D |
Relawan T.O.P B.G.T pantang pulang sebelum bersih :D |
THE END.
ditulis oleh : Saskia "KIBO" Amalia ( ESCA AM. R.XIV )
Di Dedikasikan untuk Seluruh Volunteer yang tergabung dalam #SaveMugo.
Di Gunung kita mengenal Edellweis, tapi jangan lupa jika di Pesisir ada Mangrove sebagai penunjang Ekosistem dan Benteng penahan Abrasi. Mangrove mungkin tak seindah Edellweis, tapi Mangrove adalah Pahlawan di Pesisir sebagai penahan abrasi arus laut dan tempat Burung serta Biota laut hidup dan tinggal.
Saskia "KIBO" Amalia |