Sabtu, 25 Oktober 2014

Menuju Ujung Utara Bekasi

  
Senja di sore itu.

"satu aksi lebih baik dari seribu rencana" Bang Arif, Relawan #SaveMugo


Pagi itu, suasana Stadion Mini Cikarang begitu ramai dari anak kecil sampai lansia sekalipun hanya karena untuk berolahraga. Saya pun sudah disana, tetapi bukan untuk berolahraga seperti yang lainnya, melainkan untuk berkumpul bersama para pengurus Esacapala, dan para alumni. Mau kemana kita sebenarnya? Ya, kita mau ke Hutan Mangrove dan melihat Lutung Jawa berada, tempatnya di Muara Bendera. Muara Gembong, Bekasi.
Begitu bangganya sebagai orang Bekasi karena masih bisa melihat Lutung Jawa dan Hutan Mangrove. Lutung Jawa di Bekasi termasuk salah satu satwa endemik yang dilindungi karena jumlahnya yang kurang dari seratus dan TERANCAM PUNAH.
Sampai di Stadion, saya kira sudah banyak yang kumpul disana tapi ternyata belum ada sama sekali yang kumpul. Jadi saya harus menunggu yang lainnya. Menunggu lama, dan akhirnya Teh Mega pun datang, disusul dengan yang lainnya. Ketika semuanya sudah kumpul dan sudah siap, kami pun berangkat menuju Muara Gembong.
Sebelum berangkat, seperti biasanya dan sudah kewajiban kami berdo’a terlebih dahulu agar selamat sampai tujuan dan diberikan kelancaran. Setelah selesai, baru kami pun berangkat. Seperti perjalanan yang sebelumnya, saya naik motor sama Bang Iwang. Perjalanan yang cukup jauh, walau hanya dibonceng tetapi tetap saja saya merasa capek.
Tiba di Kecamatan Muara Gembong
Beberapa jam kemudian kami pun sampai di Kecamatan Muara Gembong dan kami harus menunggu relawan dari #SaveMugo. Bisa dibilang sih mereka itu nanti yang mandu kita waktu disana. Akhirnya mereka pun datang. Perjalanan belum selesai, kami masih harus melanjutkan perjalanan lagi sekitar setengah sampai satu jam. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami mengisi perut terlebih dahulu yang kosong.
Berfoto ria di Hilir sungai Citarum
Melintasi hilir sungai Citarum
Berasa ada di Borneo :D
Setelah semua selesai, kami pun melanjutkan perjalanan. Selama di perjalanan, pemandangannya begitu indah karena melihat sungai Citarum yang begitu tenang airnya. Dan kamipun harus menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu tarik. Baru pertama kali saya naik perahu tarik tersebut dan itu karena Esacapala, senang rasanya walaupun agak sedikit takut perahunya terbalik hehe.
Akhirnya kamipun sampai di rumah Pak RT setempat dan menitip motor disana dikarenakan jalan yang tidak bisa dilintasi oleh motor. Kamipun berjalan, dan finally kamipun sampai di tempat tujuan. Ternyata, sampai disana Lutungnya sedang tidak menampakkan diri, jadi harus membuat kami menunggu.
Papan pengumuman yang menyatakan perburuan Lutung DILARANG dalam kawasan ini
Lutung Jawa adalah Satwa Endemik yang dilindungi
Beberapa lama kemudian akhirnya ada beberapa Lutung yang menampakkan diri. Setelah puas melihat Lutung, kami menuju dermaga dan melewati jembatan bambu yang baru saja dibuat oleh warga sekitar dan para relawan. Pemandangan yang begitu indah dan sangat menyejukkan hati

Jembatan bambu menuju Dermaga
Susunan bambu yang di buat untuk jalan menuju dermaga
             Setelah itu kami melakukan operasi bersih di sekitar pesisir pantai. Banyak sampah yang terbawa oleh air pasang waktu itu, sampah tersebut terdiri dari stereofoam, sampah sandal, sampah kaca, dan lain-lain. Setelah semua selesai trash bag sampah yang sudah penuh dengan sampah di kumpulkan dan diikat di salah satu pohon dan akan dibawa nanti. Tidak menunggu lama kamipun kembali ke rumah Pak RT mengingat waktu yang sudah makin sore. Sesampainya disana, kami langsung makan bersama karena sebelum menuju tempat kami membeli makanan bungkus untuk makan disana.

Sampah yang berserakan terbawa saat air laut pasang
Pengumpulan sampah dengan trash bag
Mari membiasakan buang sampah pada tempatnya :)
            Setelah makan, kami pun bergegas untuk pulang dan sebelum pulang kami berdo’a terlebih dahulu. Dan kami ikut bersama relawan dari #SaveMugo. Kami pulang bersama melewati jalan yang tidak terlalu bagus, sangat gelap. Saya sempat takut karena suasana yang menakutkan menurut saya. Kami melewati jembatan yang lumayan besar dan untuk yang kesekian kalinya saya baru pertama kali lewat situ.
          Perjalanan masih cukup jauh, dan kami melewati jembatan kedua. Disitu, kami beristirahat terlebih dahulu. Dijembatan, malam-malam, melihat ada nelayan yang pergi mencari ikan malam-malam merupakan sensasi yang baru bagi saya. Kami bercengkrama satu sama lain, dan saya sudah mulai lelah.
            Setelah puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan mengingat waktu sudah malam. Selama dijalan saya tidur dan ketika Bang Iwang ngerem mendadak kepala saya terbentur helm, sakit sih memang, tapi rasa sakitnya melebihi rasa ngantuk saya dan saya kembali tidur lagi. Memang sangat berbahaya tidur di kendaraan roda dua, sangat rawan untuk kecelakaan apalagi sudah malam, tapi apa boleh dikata saya sangat ngantuk dan lelah, jadinya saya tidur deh. Jangan diikutin ya hehe
            Dan akhirnya kami sampai di WB, tempat nongkrong gitu deh. Tetapi saya langsung diantar pulang oleh Rizki karena waktu yang sudah malam.
           
 Pengalaman yang sangat berarti bagi saya, dan sayapun bangga dengan Bekasi.


Pesan dari pesisir
Foto bareng sebelum pulang :D
Relawan T.O.P B.G.T pantang pulang sebelum bersih :D

THE END.

ditulis oleh : Saskia "KIBO" Amalia ( ESCA AM. R.XIV )

Di Dedikasikan untuk Seluruh Volunteer yang tergabung dalam #SaveMugo.

Di Gunung kita mengenal Edellweis, tapi jangan lupa jika di Pesisir ada Mangrove sebagai penunjang Ekosistem dan Benteng penahan Abrasi. Mangrove mungkin tak seindah Edellweis, tapi Mangrove adalah Pahlawan di Pesisir sebagai penahan abrasi arus laut dan tempat Burung serta Biota laut hidup dan tinggal.

 

Saskia "KIBO" Amalia