Senin, 27 Mei 2013

Taman Bunga Abadi Di Ketinggian Garut




"udah lu nginep di mesjid aja, udah malem, hehehe.
Cikuray atau Papandayan??" _ sms dari bang usep 01:33 WIB.

Sebuah pesan singkat yang datang pada tengah malam, dimana kami semua sedang berada di mesjid dekat terminal Guntur - Garut, sedikit meledek, tapi pertanyaan yang singkat, yang menemani kami di awal perjalanan kali ini.

Ya, tak pernah bosan kami selalu dan selalu berpetualang, ini adalah jalan kami, ini adalah cara kami merasa lebih dekat dengan alam. Kali ini Gunung Papandayan jadi destinasi kami, Gunung yang memiliki ketinggian 2265mdpl ini masih mengepulkan asap tebal dengan aroma belerang yang menyengat.

31 Maret 2013
Kami tiba di terminal Guntur - Garut setelah perjalanan selama lebih kurang enam jam dari kota Jakarta. Kami sempat beristirahat sejenak di sebuah mesjid yang terletak tak jauh dari situ, sambil menunggu agar harga mobil untuk menuju Cisurupan bisa di nego, karena kami melakukan perjalanan kali ini bertepatan dengan libur sekolah :(, harga normal dari terminal Guntur Menuju Cisurupan biasa di patok Rp 5000, tapi berhubung kali ini musim liburan dan berhubung sudah tengah malam, jadi terpaksa kami harus merogoh kocek sebesar Rp 10000. Tiba di Cisurupan kami harus melanjutkan menuju Pos pendakian Gunung Papandayan dengan menggunakan mobil bak, seperti biasa harga sudah naik 2 kali lipat dari harga normal.

Akhirnya kami tiba di Pos pendakian Gunung Papandayan, segera kami mendirikan satu tenda untuk Melati dan Upi. Saya, Bayu(Thupay), Iwank, Dimas, Tahta, Alfian dan Arya masih bisa beristirahat dibawah indahnya langit berbintang dengan diselimuti dingin yang sangat menusuk tulang.

Camping Ground Pos pendakian
Asap yang keluar dari kawah Gunung Papandayan
Sarapan pagi :)

 Satu nesting mie dirasa cukup untuk kami semua sekedar mengganjal perut sebelum melakukan pendakian pagi hari ini. Tepat pukul 07:24 kami berjalan menuju Pondok Salada setelah melakukan registrasi terlebih dahulu, cuaca yang sangat mendukung menjadi awal perjalanan kami. Gunung papandayan memang tidak terlalu tinggi dan juga treknya yang tidak terlalu sulit untuk dilalui. Tapi selain treknya yang ramah bagi para pendaki, disini juga tidak kalah menarik bagi para wisatawan dan punya sisi yang baik untuk direkomendasikan.

Sempat berpikir untuk mencoba melewati jalur lain, jalur yang cukup menantang dengan trek yang terjal melewati hutan mati, tapi Saya urungkan niat itu, karena Saya ingin melihat kawah Gunung Papandayan dengan jarak yang sangat dekat. Jalur pendakian cukup ramah dan sangat landai, tapi kita tetap harus berhati-hati dan selalu waspada :)

Kumpulan asap dari kawah Gunung Papandayan
Asap tebal dan bau belerang yang menggangu pandangan kami
Trek yang landai menuju Pondok Salada

Akhirnya setelah berjalan selama lebih kurang tiga jam, terlihat ribuan bunga edelweiss yang sangat khas dari Gunung Papandayan, kami sampai di sebuah Camping Ground atau Pos yang biasa disebut Pondok Salada. Disini adalah tempat kami untuk mendirikan tenda sebelum Summit attack pada hari yang sama. Sudah Saya duga bahwa kali ini pasti banyak sekali pendaki yang datang ke sini, itu di buktikan dengan sudah banyaknya tenda yang berdiri di Pondok Salada, sampai - sampai kami harus dengan cermat memilih lahan yang masih tersedia untuk mendirikan tiga buah tenda.

Kami istirahat sejenak sebelum melakukan Summit attack menuju puncak Gunung Papandayan, karena tidak di rekomendasikan untuk melihat matahari terbit di puncak Gunung Papandayan pada pagi hari. Jadi, kami melakukan Summit Attack pada hari yang sama. Disini kita tidak perlu khawatir kehabisan air, karena sumber air di Pondok Salada terbilang cukup melimpah. Kami sempat beristirahat untuk mengumpulkan stamina yang hilang selama perjalanan menuju Pondok Salada tadi, setelah waktu yang dirasa cukup kami pun bersiap untuk melakukan Summit Attack, dengan hanya membawa satu daypack berisi air dan logistik.

Belum kami berjalan sedikitpun dari tenda kami, cuaca yang cerah tiba-tiba berganti dengan segera menjadi kelabu, di sertai kabut dan hujan yang mengguyur Hutan mati dan jalur pendakian menuju Tegal Alun. Kami sempat ingin menunda perjalanan dan melanjutkannya esok hari, tapi saya berharap hari ini kita menjejakan kaki di puncak Gunung Papandayan. "ya Allah, ijinkan kami melanjutkan perjalanan hari ini", doa Saya kepada yang kuasa, agar kita bisa melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, kabut yang semula sangat pekat menutupi Hutan mati dan Jalur menuju Tegal Alun, perlahan mulai reda dan kembali seperti semula.

Segera kami lanjutkan perjalanan ini,karena waktu sudah menunjukan pukul 13:47, melewati jalur pipa air yang terendam memaksa kami untuk berhati-hati di awal perjalanan menuju puncak. Trek yang becek dan licin menjadi teman kami untuk berjuang menuju Tegal Alun, serta indahnya panorama Hutan mati yang indah membuat kami berkali-kali berhenti untuk berpose ria :)


Hutan mati
Berpose ria dengan para sahabat :)
Di tengah perjalanan, Melati tertunduk lemah dengan nafas yang tersengal-sengal. "bar gw engapp banget", Saya baru ingat bahwa hujan baru saja mengguyur Gunung Papandayan, itu menimbulkan kadar gas amonia yang berlebih pada tanah yang kami injak, karena tanah di hutan mati adalah tanah putih yang mengandung belerang. Tentu saja dapat menyebabkan sesak dan nafas yang tersengal-sengal, karena hujan mengandung kadar asam, dan asam itu akan mengikat belerang (Sulfur) ke udara dan membuat oksigen disekitar kami tercemar.

Saya pun meminta Thupay mengeluarkan tabung Oksigen yang kami bawa, tapi ternyata seluruh P3K tertinggal di tenda kami. Sebuah kesalahan ringan namun fatal akibatnya, Saya pun melepaskan windbreaker yang Melati pakai, agar sirkulasi udara dapat masuk ke tubuhnya secara baik, untung saja perlahan Melati mulai membaik dan mulai terbiasa.

Sempat bertemu sahabat lama kami secara kebetulan, sahabat lama yang dulu bersaing dengan Saya dan Thupay, memburu seluruh gelar Juara kompetisi Panjat tebing, dan akhirnya kami di suguhkan pemandangan indah dan menawan, Tegal Alun. Vegetasi bunga edelweiss terbanyak yang pernah Saya lihat dan tidak di temukan di Hutan Gunung manapun, sekarang saatnya bilang "Subhanallah".

Tegal Alun
Gaya dikit :)

Berpose ria lagi :)

Waktu sudah sangat sore, tapi kami memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gunung Papandayan, dengan berjalan menyusuri padang edelweiss yang sangat luas di Tegal Alun, perlahan kami teruskan menuju Puncak. Sejenak kami berfoto dan mengisi persediaan air di Tegal Alun.


Bunga edelweiss di Tegal Alun
Vegetasi lainnnya Di Tegal Alun
jeprat-jepret
Perjalanan menuju puncak tidak begitu sulit, treknya cukup landai, hanya saja kami harus melewati banyaknya pohon tumbang yang melintang di jalur pendakian. Gerimis sempat membasahi tubuh kami, tapi tak menyurutkan semangat kami untuk menuju puncak Gunung Papandayan, Upi sempat kepayahan karena hawa dingin yang memang sangat menusuk tulang, tangannya mulai mati rasa dan itu membuat kami harus menariknya selama perjalanan.

Alhamdulillah, pukul 16:42 kami akhirnya tiba di puncak Gunung Papandayan, walaupun judulnya masih puncak bayangan :D. Kami memutuskan untuk berhenti sampai di puncak bayangan, karena cuaca yang kurang mendukung dan hari yang sudah sangat sore, istirahat sejenak sambil menikmati indahnya Gunung Papandayan dari puncak bayangan. Terlihat Pondok Salada dan Tegal Alun yang begitu menakjubkan, dan sepertinya kami harus segera kembali menuju tenda kami di Pondok Salada.

Puncak bayangan
Tegal Alun terlihat dari Puncak bayangan
PEMULA alias PEndaki MUka LAma

Setelah Sujud syukur kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Pondok Salada, dalam perjalanan turun kami sedikit disorientasi medan, dikarenakan malam yang telah menyelimuti pandangan kami menuju tenda yang kami dirikan di Pondok Salada, begitu juga kurangnya alat bantu cahaya yang kami bawa. Dengan perlahan tapi pasti, kami berjalan dengan Moving together di tengah gelapnya Gunung Papandayan, dan di Hutan mati kami sempat kehilangan arah karena kondisi hutan yang terlihat sama.

Syukur kami masih bisa menemukan jalan kembali menuju tenda, dan bermalam di Pondok Salada. Esok harinya kami pulang dengan membawa sejuta cerita yang sangat mengesankan di Gunung Papandayan.

Mengibarkan Panji Esacapala
Esacapala lagi Esacapala lagi,,
Ya, inilah kami, dengan segala kekurangan dan kelebihan kami :)

Full team 9 orang
2 kunchen Papandayan (Dimas & Iwank) hahahaaha Piss :)

Terima Kasih :
~ Allah Subhanahu Wata'ala
~ Esacapala
~ Sahabat dan Adik sePerguruan : Bayu (Thupay), Iwank, Dimas, Alfian, Tahta, Arya, Melati dan Upi

Share foto orang ganteng :))

 ~ESCA RVI.028.2006





Tidak ada komentar:

Posting Komentar